Chapter 3. 4. Misdirected Affections

Narasi Vol 6 Chapter 3.4 Misdirected Affections

Ketimbang akademis, pelajaran moral jauh lebih penting. Moral, karakter seseorang akan sangat menentukan daya gunanya dalam masyarakat. Dan para pengajar seharusnya jauh lebih memperhatikan hal ini. Tapi mengajar hal yang abstrak ini tidak mudah. Berbagai macam lesson plan, contoh, project, craft mungkin dipakai untuk mengajarkan sebuah karakter kepada anak-anak. Tetapi menurut CM segala hal itu tidak ada gunanya.

“There is no education but self education,”

Pendidikan moral ini harus ditangkap dan dicerna oleh anak-anak sendiri. Kesimpulannya adalah hasil pengamatannya atas yang dibacanya, didengarnya, dilihatnya. Dan sumber yang CM percayai mampu menginspirasi anak dalam moralitas adalah karya-karya yang terbaik dan beragam dari orang-orang hebat. Alkitab, biografi tokoh hebat, pahlawan, inspirator. Lukisan, musik atau puisi. Anak-anak dikenalkan dengan mereka, dan anak-anak pasti akan terinspirasi oleh mereka. Yang mana ? Kita tidak tahu. Berikan saja yang bergizi tinggi ini untuk pertumbuhan dirinya.

CM pun menuliskan bahwa orangtua tidak bisa mengandalkan diri sendiri dalam mengajarkan moralitas ini kepada anaknya. Sungguh hal ini sangat melegakan bagi saya. CM mengakui bahwa orangtua ini biasa-biasa saja, bahkan mungkin ternodai oleh berbagai konflik emosional. Saya bukan orang yang baik, dan saya takut bila anak saya hanya akan menjadi seperti saya. Saya mencoba mencari kurikulum pendidikan karakter, tetapi ketika menggunakannya saya merasa seperti membaca buku teks pelajaran. Dan, saya sendiri perlu berlatih karakter. Mencoba mengikuti setiap langkah kurikulum itu terasa berat untuk saya. Namun ketika berjumpa dengan living book seorang tokoh, ada sesuatu yang membakar di dalam saya, saya terinspirasi.

Ketika anak saya membaca buku yang sama, responnya “aku tidak mau memberi semua uangku seperti tokoh itu. Aku tidak mau jadi miskin,” 

Hahaha, mungkin bukan ini yang akan menginspirasinya. Tidak masalah, saya akan terus sodorkan karya-karya hebat yang bervariasi. Suatu saat, dia pasti terinspirasi.

Satu lagi hal yang perlu anak pelajari adalah rasa keadilan. Sedari kecil anak harus belajar tentang tanggungjawab dan hak. Dia harus melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya, barulah dia mendapatkan haknya. Bagi diri sendiri sepertinya jelas, tetapi tanggungjawab dan hak ini juga berlaku bagi orang lain. Kita wajib untuk berlaku adil, penuh kasih, hormat, dan menolong orang lain.

WhatsApp Image 2019-03-09 at 15.45.17.jpeg

Keadilan dalam pikiran & emosi bagi orang lain ?

Hal ini mengusik saya. Sistem pendidikan yang saya kenal menjunjung tinggi kompetisi. Setiap orang diharapkan berjuang sekuat-kuatnya untuk kesuksesan dirinya sendiri. Tidak memperhatikan kepentingan bersama. Bahkan ketika tugas kelompok saat kuliah pun di dalam hati saya ada keinginan untuk lebih menonjol daripada anggota yang lain. Marah ketika karena kesalahan 1 orang, nilai kami semua dikurangi. Sungguh egois. Sistem pendidikan ini tidak mengajarkan keadilan.

Satu hal lagi yang sangat dalam dari pemikiran CM. Keadilan didalam pikiran, opini dan integritas. Hal yang tersembunyi, hanya Tuhan, Satan dan diri sendiri yang tahu. Pendidikan yang mengajarkan keadilan dalam berpikir, untuk memandang hal lain diluar kita dengan netral, dengan positif, tidak menghakimi. Sungguh tinggi tugas pendidikan. Dan terlalu berat bila diserahkan kepada suatu institusi saja.

Membaca ini semakin saya merasa ini sungguh berat, dan tidak bisa kita memandangnya remeh. Akademis seolah berat, namun mendidik karakter seorang anak jauh lebih berat !

Miss Mason, I believe in your method. With high quality literary books, narration, loving bond between parents and child, and by grace & mercy from our Lord Jesus Christ, this heavy burden of education and motherhood I will finish it well.

 

Leave a comment